Abdur Rozak Soroti Kerusakan Budaya di Tengger dalam Debat Calon Ketua PKC PMII Jatim

Abdur Rozak tampil lantang dalam debat chapter II kandidit PKC PMII Jawa Timur, saat menyoroti kerusakan budaya Tengger akibat fungsi ruang sakral menjadi spot wisata. Sabtu malam (21/06/25). [Dok. Indonara,id]

Pasuruan, Indonara - Debat calon Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur periode 2025–2027 berlangsung dinamis dan sarat gagasan, yang bertempat di Pendopo Kabupaten Pasuruan, dengan tema “Keragaman Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat”, forum tersebut menjadi ruang adu ide di antara para kandidat. Sabtu (21/6/2025).

Salah satu peserta yang mencuri perhatian dalam debat tersebut adalah Abdur Rozak. Dalam penyampaiannya, ia menyoroti isu kerusakan budaya yang menurutnya merupakan dampak dari sistem negara yang tidak berpihak pada kearifan lokal.

Rozak (sapaan akrabnya) mencontohkan kasus di wilayah Tengger, Kabupaten Probolinggo, yang kini ramai dikunjungi wisatawan karena keberadaan jembatan kaca. Menurutnya, kawasan tersebut sejatinya merupakan tempat sakral bagi masyarakat Tengger yang digunakan untuk prosesi keagamaan.

“Jembatan kaca di Probolinggo itu sebenarnya merupakan pintu masuk menuju tanah suci orang-orang Tengger yang hendak melakukan penyembahan. Namun kini, tempat itu justru diubah menjadi spot foto yang sekadar dinikmati oleh pengguna Instagram,” ungkapnya.

Menanggapi kondisi tersebut, Rozak menegaskan pentingnya riset berbasis partisipasi masyarakat sebagai pendekatan untuk menjawab persoalan sosial dan budaya. Ia menilai, keterlibatan langsung dalam kehidupan masyarakat adalah kunci pemberdayaan yang sejati.

“Maka riset kita harus live-in pada masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, dan kita belajar dalam masyarakat,” tegasnya.

Ia juga menyebut negara memiliki andil besar dalam terjadinya degradasi budaya dan mendorong PMII untuk bersikap lebih proaktif dalam mengadvokasi isu-isu kebudayaan.

“Sebagai organisasi pergerakan, kita perlu mendorong negara untuk bertanggung jawab atas kerusakan budaya yang terjadi. Ini bukan hanya soal moral, tetapi juga amanat konstitusi,” tandasnya.

Debat ini menjadi momentum penting bagi kader PMII untuk menampilkan visi kepemimpinan yang progresif dan responsif terhadap isu-isu strategis yang dihadapi masyarakat Jawa Timur. Figur seperti Abdur Rozak dinilai membawa harapan baru bagi arah gerakan PMII ke depan.