![]() |
forpimka Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, ikut mengawal kegiatan sosialisasi Survei Seismik Tiga Dimensi (3D) di wilayah perairan dangkal West Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. |
Ketua Lakpesdam NU Pulau Kangean, Ahmad Sayuti,
menyampaikan kekhawatirannya atas dampak survei terhadap lingkungan. Ia menilai
survei tersebut bertentangan dengan prinsip perlindungan lingkungan hidup dan
keadilan ekologis.
“Selain itu, survei ini berpotensi merusak ekosistem laut,
daratan, dan berdampak pada kehidupan masyarakat,” kata Ahmad Sayuti di
Sumenep, Minggu 15 Juni 2025.
Menurutnya, eksploitasi sumber daya alam tanpa
memperhatikan kelestarian lingkungan akan menimbulkan krisis ekologis bagi
generasi mendatang. Senada dengan itu, Ketua PC Pemuda Muhammadiyah Kecamatan
Arjasa, Pulau Kangean, Fadli, menegaskan pentingnya laut sebagai bagian dari
identitas dan peradaban masyarakat Kangean.
“Eksploitasi sumber daya alam yang tidak memperhatikan
kelestarian lingkungan akan meninggalkan warisan kerusakan yang berat bagi masa
depan,” ungkap dia.
Fadli juga mengingatkan bahwa masyarakat masih menyimpan
ingatan atas dampak kegiatan eksplorasi migas sejak 1985 di wilayah Pagerungan
Besar. Ia menyoroti bahwa perusahaan migas seharusnya mengutamakan keseimbangan
antara keuntungan, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat lokal.
“Selama ini, sebagian warga bahkan terpaksa menjadi tenaga
kerja migran ke luar negeri akibat menurunnya kualitas hidup di kampung
halaman,” ujarnya.
Meski begitu, ia menegaskan, “Kami tidak menolak
pembangunan. Kami hanya ingin memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil
benar-benar memperhatikan kepentingan masyarakat dan tidak mengulangi kesalahan
masa lalu.”
Menanggapi hal itu, Manajer Public and Government Affairs
(PGA) KEI, Kampoi Naibaho, menjelaskan bahwa aspek lingkungan tetap menjadi
prioritas utama dalam pelaksanaan survei. Ia menyebut kegiatan seismik 3D
merupakan bagian dari proses awal eksplorasi migas untuk menemukan potensi
cadangan baru.
“Kegiatan seismik merupakan tahapan awal dari proses
eksplorasi migas," ujar Kampoi kepada seperti yang dilansir Kompas.com,
Minggu 15 Juni 2025.
"Harapannya, data seismik yang diperoleh dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi geologi, guna
mengevaluasi prospek lapangan migas baru yang tentu saja masih harus dibuktikan
melalui kegiatan lanjutan," tambahnya.
KEI juga menyatakan telah melaksanakan sosialisasi secara
bertahap, mulai dari tingkat provinsi dan kabupaten, hingga ke kecamatan dan
desa.
“Setelah pelaksanaan sosialisasi, Pemkab Sumenep
mengarahkan agar kegiatan (sosialisasi) dilanjutkan ke tingkat kecamatan dan
desa, dengan pendampingan dari Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan
(Forkopimka),” ujar Kampoi.