Ketua BEM PTNU: Demokrasi Indonesia Terjebak dalam Pesta Lima Tahunan

Muhammad Ikhsanurrizqi, Ketua BEM PTNU Se-Nusantara, yang menaungi bidang Media, Teknologi, Riset, dan Komunikasi Publik. Serta Kajian Strategis dan Advokasi Nasional. [Dok. Indonara]

Jakarta, Indonara - Ketua BEM PTNU Se-Nusantara, Muhammad Ikhsanurrizqi, menyatakan bahwa Indonesia saat ini tengah menghadapi krisis yang bersifat sektoral, dan juga terstruktur. Persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa ini, mencakup sektor ekonomi, politik, teknologi, lingkungan, dan keamanan nasional.

Seperti sektor ekonomi, Ikhsan menyoroti kenaikan harga kebutuhan pokok, ketimpangan distribusi bantuan sosial, dan meningkatnya angka pengangguran. Kondisi ini, membuat anak muda kehilangan arah.

“Akibat minimnya lapangan kerja dan keterbatasan akses terhadap ekonomi digital yang inklusif,” kata Pengurus Pusat BEM PTNU Se-Nusantara, yang menaungi bidang Media dan Kajian Strategis itu.

Kemudian, dalam sektor politik, ia mengungkapkan adanya demoralisasi kepemimpinan dan krisis kepercayaan publik terhadap institusi negara. Menurutnya, budaya politik transaksional semakin menguat, sementara keberpihakan terhadap rakyat kecil dipertanyakan.

“Demokrasi kita hari ini seolah hanya menjadi jargon dalam pesta lima tahunan, tanpa substansi keberpihakan pada keadilan sosial,” tegasnya.

Ia menambahkan, derasnya arus digitalisasi dinilai belum diimbangi dengan literasi digital yang cukup. Akibatnya, masyarakat menjadi rentan terhadap hoaks dan manipulasi opini publik. “Sementara perlindungan data pribadi warga negara masih lemah,” tambahnya.

Selain itu, di sektor lingkungan, ia menyampaikan bahwa kerusakan yang terus terjadi akibat proyek-proyek eksploitasi, alih fungsi lahan, dan pencemaran lingkungan. Bahkan minimnya perhatian pemerintah terhadap isu keberlanjutan sebagai penyebab utama.

Sedangkan, sektor keamanan nasional menurutnya juga mengalami tekanan akibat konflik horizontal, intoleransi, dan potensi gangguan terhadap ketahanan pangan, energi, serta data. “Hal itu, sering meningkatnya dinamika geopolitik global,” ucapnya.

Menanggapi kondisi ini, ia menegaskan bahwa pemuda dan mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan lintas sektor. Mahasiswa tidak boleh menjadi penonton di tengah pusaran krisis.

“Indonesia harus diselamatkan oleh kita semua, termasuk rakyat yang sadar, peduli dan siap untuk bergerak. Para elit yang duduk di kursi kekuasaan, sudah tidak peduli dengan rakyatnya,” imbuhnya.