![]() |
Muhammad Ikhsanurrizqi, Ketua BEM PTNU Se-Nusantara, yang menaungi bidang Media, Teknologi, Riset, dan Komunikasi Publik. Serta Kajian Strategis dan Advokasi Nasional. [Dok. Indonara] |
Jakarta, Indonara - Ketua BEM PTNU
Se-Nusantara, Muhammad Ikhsanurrizqi, menyatakan bahwa Indonesia saat ini
tengah menghadapi krisis yang bersifat sektoral, dan juga terstruktur.
Persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa ini, mencakup sektor ekonomi, politik,
teknologi, lingkungan, dan keamanan nasional.
Seperti sektor ekonomi, Ikhsan
menyoroti kenaikan harga kebutuhan pokok, ketimpangan distribusi bantuan
sosial, dan meningkatnya angka pengangguran. Kondisi ini, membuat anak muda
kehilangan arah.
“Akibat minimnya lapangan
kerja dan keterbatasan akses terhadap ekonomi digital yang inklusif,” kata Pengurus
Pusat BEM PTNU Se-Nusantara, yang menaungi bidang Media dan Kajian Strategis itu.
Kemudian, dalam sektor
politik, ia mengungkapkan adanya demoralisasi kepemimpinan dan krisis
kepercayaan publik terhadap institusi negara. Menurutnya, budaya politik
transaksional semakin menguat, sementara keberpihakan terhadap rakyat kecil
dipertanyakan.
“Demokrasi kita hari ini
seolah hanya menjadi jargon dalam pesta lima tahunan, tanpa substansi
keberpihakan pada keadilan sosial,” tegasnya.
Ia menambahkan, derasnya
arus digitalisasi dinilai belum diimbangi dengan literasi digital yang cukup.
Akibatnya, masyarakat menjadi rentan terhadap hoaks dan manipulasi opini publik.
“Sementara perlindungan data pribadi warga negara masih lemah,” tambahnya.
Selain itu, di sektor lingkungan,
ia menyampaikan bahwa kerusakan yang terus terjadi akibat proyek-proyek
eksploitasi, alih fungsi lahan, dan pencemaran lingkungan. Bahkan minimnya
perhatian pemerintah terhadap isu keberlanjutan sebagai penyebab utama.
Sedangkan, sektor keamanan
nasional menurutnya juga mengalami tekanan akibat konflik horizontal,
intoleransi, dan potensi gangguan terhadap ketahanan pangan, energi, serta data.
“Hal itu, sering meningkatnya dinamika geopolitik global,” ucapnya.
Menanggapi kondisi ini, ia menegaskan bahwa pemuda dan mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan lintas sektor. Mahasiswa tidak boleh menjadi penonton di tengah pusaran krisis.
“Indonesia harus diselamatkan oleh kita semua, termasuk rakyat yang sadar, peduli dan siap untuk bergerak. Para elit yang duduk di kursi kekuasaan, sudah tidak peduli dengan rakyatnya,” imbuhnya.