Debat PKC PMII Jatim, Abdur Rozak Angkat Budaya sebagai Napas Perjuangan

Abdur Rozak, calon ketua umum PKC PMII Jawa Timur saat menyampaikan gagasannya dalam acara debat chapter II di Pendopo Bupati Pasuruan
Pasuruan, Indonara – Debat Chapter II calon Ketua Umum dan Ketua KOPRI Pengurus Koordinator Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jawa Timur masa khidmat 2025–2027 berlangsung dinamis di Pendopo Bupati Pasuruan, Sabtu 22 Juni 2025. Acara yang mengangkat tema "Keragaman Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat" ini menjadi ruang adu gagasan strategis para kandidat dalam merespons tantangan sosial-kultural yang dihadapi PMII ke depan.

Salah satu sorotan publik tertuju pada penampilan Abdur Rozak, calon ketua umum nomor urut 2 dari PC PMII Probolinggo. Dalam paparannya, Rozak menyampaikan narasi kuat mengenai pentingnya kebudayaan sebagai fondasi perjuangan organisasi dan pemberdayaan masyarakat.

“Kita adalah produk budaya. Secara definisi, budaya adalah alat bagaimana kita bisa bertahan hidup di masa depan,” ujarnya di hadapan audiens yang terdiri dari kader PMII se-Jawa Timur, pengurus cabang, alumni, dan para tamu undangan.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa budaya bukan sekadar artefak atau simbol tradisi, melainkan nilai hidup yang merefleksikan integritas dan kedalaman manusia.

“Secara esensi budaya adalah berbicara soal integritas, soal nilai, dan kedalaman manusia,” tegas Rozak.

Rozak juga menyinggung akar historis PMII sebagai organisasi yang tumbuh dari kultur pesantren dan tradisi santri. Ia menilai bahwa karakter kebudayaan inilah yang seharusnya terus hidup dalam kerja-kerja organisasi.

“PMII yang lahir dari rahim kebudayaan santri memiliki kewajiban moral dan historis untuk menyambungkan semangat ini ke dalam arena gerakan mahasiswa. Budaya menyampaikan aspirasi dari jalanan bukan semata demonstrasi, tetapi ekspresi dari keresahan rakyat yang selama ini dipendam,” jelasnya.

Menurutnya, keragaman budaya dan pemberdayaan masyarakat tidak bisa dipisahkan. Keduanya menyatu dalam perjuangan sosial yang terus berlangsung.

“Keragaman budaya dan pemberdayaan masyarakat bukan dua hal yang terpisah. Keduanya saling menyatu dalam proses panjang perjuangan sosial,” ungkap Rozak dengan penuh semangat.

Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan komitmen PMII terhadap nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah sebagai landasan gerakan yang moderat dan inklusif.

“Sebagai organisasi yang berpijak pada nilai Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja), PMII berkomitmen untuk menjadikan nilai moderasi, keadilan, dan inklusivitas sebagai spirit utama dalam merawat keberagaman dan mendorong pemberdayaan masyarakat,” pungkasnya.

Debat ini menjadi bagian penting dalam rangkaian proses demokrasi kader PMII Jawa Timur. Selain memperkuat kualitas gagasan, forum ini juga menjadi refleksi arah gerakan PMII ke depan dalam merespons isu-isu kebudayaan, sosial, dan pemberdayaan.