Pengamat politik dari UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menyarankan agar Joko Widodo tidak
perlu masuk ke dalam struktur kepengurusan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Menurutnya, mantan Presiden Indonesia dua periode itu sudah memiliki nama besar
di panggung politik nasional yang tak sebanding dengan posisi PSI saat ini.Jokowi saat bersama para kader PSI.
"Saya kira enggak perlu (masuk ke PSI).
Ibaratkan PSI itu baju, bajunya kekecilan (untuk Jokowi). Apapun judulnya,
Jokowi punya nama besar. Mantan presiden dua periode, mantan gubernur Jakarta
dan wali kota Solo,"
ujarnya sebagaimana dikutip TIMES
Indonesia, pada acara Politika Research and Consulting (PRC) yang
berlangsung di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (26/6/2025).
Adi menilai, jika Jokowi bergabung
dengan PSI—partai yang belum berhasil melampaui ambang batas parlemen—hal itu
justru bisa dianggap sebagai langkah yang mengecilkan sosok besar Jokowi.
"Dan mungkin Jokowi adalah salah satunya orang
yang memiliki rekam jejak yang tak pernah kalah (di kontestasi politik). Dan
tiba-tiba secara struktural misalnya bergabung dengan PSI, saya kira ini
seakan-akan mengecilkan bagaimana sosok Jokowi yang besar, lalu bergabung
dengan partai politik yang tidak lolos ke Parlemen," jelasnya.
Pengamat asal Madura ini
menilai, posisi Jokowi saat ini sudah tepat—tidak berafiliasi langsung dengan
partai politik mana pun, termasuk PSI.
"Jadi saya kira Pak Jokowi itu sudah betul,
sampai detik ini masih tetap menjadi partai perseorangan. Satu istilah yang
disebut oleh Jokowi untuk menunjukkan tidak kemana-mana," katanya.
Namun demikian, Adi juga
mengakui bahwa dukungan Jokowi terhadap PSI sangat tampak secara nyata.
Keterlibatan putra bungsunya, Kaesang Pangarep, menjadi salah satu indikator
kuat kedekatan Jokowi dengan PSI.
"Meski kita tahu, gestur dan dukungan politik
Jokowi ke PSI itu sangatlah nyata. Kita tidak menutup mata, Kaesang itu replika
politik Jokowi. Kedua, Kaesang itu anak ideologis dan biologis Jokowi. Dan
ketika, 'imam besar' dari PSI adalah Jokowi," ujarnya.
Sebagai informasi, Jokowi tidak
mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PSI. Masa pendaftaran calon ketua
umum partai tersebut telah ditutup pada 23 Juni 2025.
Dari proses seleksi, terdapat
tiga kandidat yang dinyatakan lolos, yakni Ronald Ariston Sinaga, Kaesang
Pangarep, dan Agus Mulyono Herlambang. Ketiganya akan dipilih oleh para kader
PSI melalui sistem e-voting yang dijadwalkan berlangsung pada 12 hingga 19 Juli
2025. Sementara itu, Pemilihan Raya PSI akan digelar pada 19 Juli 2025.