Jakarta, Indonara - Parlemen
Iran akhirnya menyetujui langkah pemerintah untuk menutup Selat Hormuz, jalur
pelayaran strategis di Teluk Persia, menyusul serangan militer Amerika Serikat
(AS) terhadap tiga fasilitas nuklir Iran.Kapal melintasi Selat Hormuz.
Hal ini diumumkan oleh Mayor Jenderal Esmaeil Kowsari,
anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran, Minggu (22/6/2025) waktu
setempat.
“Parlemen telah mencapai kesimpulan bahwa Selat Hormuz
harus ditutup,” ujar Kowsari seperti dikutip kantor berita Anadolu, Senin
(23/6/2025).
Meski telah disetujui parlemen, keputusan akhir mengenai
pelaksanaan penutupan Selat Hormuz masih berada di tangan Dewan Keamanan
Nasional Tertinggi Iran (Supreme National Security Council), lembaga tertinggi
yang menangani urusan keamanan nasional.
Selat Hormuz merupakan jalur vital dalam distribusi minyak
dunia. Sekitar 20 persen pasokan minyak global melewati selat ini setiap
harinya, menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Jika ditutup, langkah ini
berpotensi memicu lonjakan harga minyak dunia dan memperburuk ketegangan
ekonomi global.
Persetujuan parlemen ini merupakan bagian dari respons
keras Iran terhadap serangan udara AS yang diluncurkan pada Minggu dini hari.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan bahwa
militer AS telah membom tiga situs nuklir strategis di Fordo, Natanz, dan
Isfahan. Serangan ini disebut sebagai bentuk dukungan terhadap operasi militer
Israel terhadap Iran.
Serangan tersebut merupakan eskalasi terbaru dari konflik
yang dimulai sejak 13 Juni, saat Israel secara tiba-tiba melancarkan kampanye
militer besar-besaran ke wilayah Iran. Aksi ini kemudian dibalas oleh Iran
melalui peluncuran rudal ke wilayah Israel.
Menurut Kementerian Kesehatan Iran, sedikitnya 430 warga
tewas dan lebih dari 3.500 orang terluka akibat serangan Israel. Sementara itu,
otoritas Israel melaporkan sedikitnya 25 orang tewas dan ratusan lainnya
luka-luka akibat serangan balasan dari Iran.