Surabaya Gencarkan Imunisasi Gratis, Wali Kota Eri Cahyadi Imbau Warga Waspada Polio

Rini Indriyani, istri Eri Cahyadi yang juga Ketua PKK saat memberikan imunisasi kepada anak SD.
Surabaya, Indonara - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tengah mengintensifkan program imunisasi gratis sebagai langkah antisipatif untuk mencegah penyebaran virus polio VDPV2-n, seperti yang terjadi di Papua Nugini. Kebijakan ini dituangkan dalam Surat Edaran (SE) tentang Kewaspadaan Dini dan Kesiapsiagaan Menghadapi Risiko Penyebaran Virus Polio VDPV2-n di Kota Surabaya.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, dalam SE tersebut mengimbau masyarakat agar tetap siaga, berpartisipasi aktif, serta disiplin dalam mencegah dan menekan risiko penularan polio.

“Kami mengimbau agar seluruh pemangku wilayah, pimpinan institusi pemerintah maupun swasta beserta jajaran, serta warga Kota Surabaya untuk ikut berpartisipasi dalam meminimalkan risiko penularan polio secara terpadu dan komprehensif,” katanya, Minggu (22/6/2025).

Eri juga meminta seluruh elemen masyarakat memastikan setiap anak usia 0-5 tahun telah menerima imunisasi polio lengkap, yaitu empat dosis vaksin tetes (bOPV) dan dua dosis suntikan (IPV).

“Jenis imunisasi polio itu sudah tersedia secara gratis di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes), terutama di puskesmas,” tambahnya.

Selain imunisasi, Wali Kota juga mengajak warga untuk aktif melapor ke puskesmas atau Dinas Kesehatan (Dinkes) jika menemukan anak di bawah usia 15 tahun mengalami gejala kelumpuhan atau lumpuh layuh mendadak, terutama di bagian kaki.

“Hal lain yang bisa dilakukan untuk menekan penyebaran virus ini, termasuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah dan lingkungan sekitar,” jelasnya.

Sebagai langkah pencegahan hoaks yang dapat menyesatkan informasi publik, Eri juga mengajak warga untuk hanya mengakses informasi kesehatan dari sumber resmi.

“Kami mengajak seluruh warga Kota Surabaya untuk mendukung upaya pemerintah dalam menangkal penyebaran hoaks dengan mengakses informasi kesehatan yang akurat dan terpercaya melalui kanal media resmi, seperti situs web Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI,” pungkasnya.