Abdur Rozak di Mata Kader PMII Probolinggo: Pemimpin Tegas, Loyal, dan Profesional

Abdur Rozak, Calon Ketua Umum Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Timur masa khidmat 2025-2027.

Menjadi pemimpin berarti siap mengambil sikap, meski tidak semua pihak menyukainya. Tapi selama itu untuk kebaikan, “gerakkan”.

Dalam setiap fase gerakan, organisasi selalu membutuhkan figur pemimpin yang tidak hanya bisa memimpin secara struktural, namun mampu memberikan teladan secara moral dan spiritual. Di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), nama Abdur Rozak kian diperbincangkan, bukan karena ambisi kekuasaan, melainkan karena karakter kepemimpinannya yang dirasakan kuat, konsisten, dan membawa perubahan.

Ia dikenal oleh banyak kader, khususnya di PMII Probolinggo, sebagai pemimpin yang tegas, loyal terhadap nilai-nilai organisasi, dan profesional dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu, ia mulai dikenal luas di kalangan PMII sejak ia menjabat sebagai Ketua Pengurus Komisariat Universitas Nurul Jadid (UNUJA).

Meskipun berasal dari latar belakang teknik, Rozak (sapaan akrabnya) menunjukkan kepedulian terhadap kader dari berbagai jurusan. Bahkan membuat kaderisasi kefakultatifan setiap jurusan yang berada di setiap rayon Komisariat UNUJA. Seperti sosial, syariah, tarbiyah, dan kesehatan.

Jadi program-program kaderisasi yang dijalankan bersifat adaptif, dan menyentuh kebutuhan lintas disiplin ilmu, hingga membentuk profesionalisme kader pada rumpun ilmu yang di tekuni setiap kader.

Selanjutnya, dalam masa kepemimpinannya ketika menjabat Ketua Cabang PMII Probolinggo, ia berhasil menertibkan tata kelola organisasi yang sebelumnya dinilai lemah dan tidak transparan. Ia memperkenalkan sistem pelaporan keuangan yang akuntabel dan menggalakkan evaluasi program berbasis indikator kinerja.

“Kepemimpinan Abdur Rozak itu seperti nakhoda kapal di tengah badai, ia tidak goyah, tidak pula meninggalkan awaknya.”

Ketegasan Rozak terlihat dalam setiap pengambilan keputusan strategis, ia tidak ragu bersikap ketika dihadapkan pada dilema kepentingan pribadi dan organisasi. Rozak pernah dilaporkan Pengurus Korps Alumni Himpunan Mahasiswa (KAHMI) atas dugaan pencemaran nama baik­–memajang foto Sekda Ugas Irwanto dan Plt. Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko dengan mata ditutupi garis hitam.

Namun, laporan tersebut tidak membuat Calon Ketua Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Timur 2025-2027 itu ciut semangatnya. Menurutnya, pelaporan itu merupakan tindakan diskriminasi. Di sisi lain, mencerminkan pejabat anti kritik.

Sikap loyal Rozak terhadap PMII juga tidak perlu diragukan. Ia bukan tipe pemimpin yang hanya aktif ketika menjabat. Bahkan diakhir masa baktinya, ia masih hadir dalam diskusi kader, ikut menyumbangkan gagasan, dan membantu menyelesaikan konflik internal dengan pendekatan kekeluargaan.

Rozak membuktikan bahwa loyalitas bukan semata pada jabatan, melainkan pada cita-cita besar PMII, mencetak kader yang intelektual, progresif, dan religius.

Beberapa kader bahkan menyebutnya sebagai “mentor berjalan” karena ia selalu memberikan pembekalan singkat dalam setiap pertemuan, baik formal, non formal maupun informal. Dengan segala pencapaiannya, seolah ia menjadi potret hidup bagi para kader PMII.

Ia tidak hanya menyatukan nalar gerakan dan kepekaan sosial, tetapi juga mampu menjaga ritme organisasi agar tetap solid di tengah pusaran tantangan eksternal. Meskipun demikian, Rozak tidak luput dari kritik. Beberapa pihak menilai ia terlalu kaku dan kurang fleksibel dalam menghadapi dinamika kader muda.

Namun, dari sanalah integritasnya teruji, ia lebih memilih idealisme ketimbang kompromi sesaat. Dalam dunia aktivisme yang kerap kabur antara etika dan strategi, pilihan itu adalah bentuk keberanian.

Ke depan, PMII membutuhkan lebih banyak pemimpin seperti Rozak, yang tidak hanya fasih bicara, tapi juga cakap bekerja. Tidak hanya loyal saat menjabat, tapi setia bahkan setelahnya. Di tengah perubahan zaman yang menuntut kecepatan dan ketegasan, sosok pemimpin seperti Rozak adalah oase bagi arah gerak organisasi yang ingin tetap relevan, namun tetap berakar.