BEM PTNU, Gangga Listiawan: Tiga Langkah Strategis untuk Optimalkan Industri Nikel Indonesia

Bendahara Umum Pusat BEM PTNU Se-Nusantara, Gangga Listiawan. [Dok. Indonara]

Jakarta, Indonara - Pemerintah Indonesia terus menggenjot program hilirisasi nikel, untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertambangan nasional. Hal ini, akan membuahkan hasil signifikan, salah satunya tercermin dari ekspor produk nikel hilir yang mencapai Rp. 504,2 triliun pada tahun 2022. Jumlah ini melonjak drastis dibandingkan tahun 2017. Kemudian, penerimaan negara dari sektor pajak nikel juga naik tajam, dari Rp. 1,6 triliun pada 2016 menjadi Rp. 17,69 triliun pada 2022.

Menanggapi capaian itu, Bendahara Umum (Bendum) Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) Se-Nusantara, Gangga Listiawan, menekankan bahwa nikel merupakan sektor strategis yang memiliki dampak luas bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kalau kita bicara kebijakan pemerintah terkait nikel, harus melihat dari dua sisi. Sisi negatif yang perlu kita kaji dan cari solusi, kita juga perlu melihat sisi positifnya,” katanya.

Dengan adanya pertambangan nikel, menurut Gangga (sapaan akrabnya), bisa meningkatkan sumber pendapatan negara, mendorong hilirisasi dan nilai tambah, membuka lapangan kerja, serta mendorong pembangunan daerah.

“Jadi yang paling substansial adalah menjaga stabilitas neraca perdagangan dan daya saing global,” tambahnya.

Selanjutnya, Gangga, menyebut ada tiga hal utama yang harus menjadi perhatian pemerintah agar industri nikel di Indonesia benar-benar memberi manfaat bagi masa depan bangsa, yaitu menjaga ekosistem industri, memastikan kapasitas produksi sesuai target, dan mendorong inovasi produk turunan.

“Baik melalui riset maupun kolaborasi antara mahasiswa, akademisi, dan industri,” ujarnya.

Selain itu, Gangga, mengatakan bahwa penting bagi pemerintah untuk tidak hanya fokus pada aspek produksi dan ekspor bahan mentah, tetapi juga mengembangkan industri pengolah dan manufaktur produk-produk bernilai tambah.

“Pemerintah harus meningkatkan daya asing, agar Indonesia tidak hanya mengekspor bahan baku, tapi juga mampu memproduksi dan mengekspor produk-produk bernilai tinggi di pasar global,” jelasnya.

Lebih lanjut, Gangga, juga mendorong agar pemerintah membuka ruang partisipasi lebih luas bagi mahasiswa dalam menyelesaikan persoalan-persoalan strategis, termasuk isu pertambangan nikel.

“Mahasiswa harus diberi ruang untuk ikut berkontribusi dalam penyelesaian persoalan nikel, sebagai bagian dari implementasi tri dharma perguruan tinggi. Ini penting agar kebijakan yang dihasilkan lebih inklusif dan berkelanjutan,” imbuhnya.