dr Evariani Menari di Lautan Pasir: Batik Jadi Gerakan Ekonomi Kreatif

 

Ketua Dekranasda Kota Probolinggo, dr Evariani pimpin Line Dance berbatik di Lautan Pasir Bromo.
Probolinggo, Indonara – Promosi batik tak melulu melalui pameran atau peragaan busana. Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Probolinggo, dr Evariani, menghadirkan cara unik untuk mengenalkan batik: melalui seni gerak Line Dance yang dinamis dan menarik.

Inisiatif tersebut menjadi salah satu atraksi kreatif dalam gelaran Eksotika Bromo 2025 yang berlangsung pada 21 Juni lalu. Dalam event tersebut, sekitar 80 anggota dari komunitas Line Dance Kota Probolinggo tampil memukau di lautan pasir Bromo, mengenakan busana batik dengan koreografi yang telah mereka latih hanya dalam lima kali pertemuan selama seminggu.

“Saya memang sudah punya rencana bikin event nasional dalam bentuk Batik Motion Line Dance,” ujar Evariani, sebagaimana dikutip TIMES Indonesia, Rabu (16/7/2025).

Menurutnya, promosi batik perlu masuk ke ranah kreatif yang lebih luas dan melibatkan banyak elemen masyarakat. Ia menekankan bahwa batik bukan hanya soal dipakai, tapi juga harus digerakkan sebagai bentuk ekspresi budaya yang hidup.

“Kita tidak punya sumber daya besar, jadi saya ajak semua pembatik di kota untuk terus bergerak. Batik tidak cuma dijual, tapi juga ditampilkan lewat aksi yang menarik,” ungkapnya.

Gagasan ini bukan muncul secara tiba-tiba. Sebelumnya, Evariani sudah mulai memperkenalkan konsep Line Dance Berbatik pada peringatan Hari Kartini. Melihat sambutan yang positif, ia pun membawa gagasan tersebut ke level provinsi dan mendapat dukungan penuh dari Ketua Dekranasda Jawa Timur.

“Saya pikir, kalau mau bangkitkan ekonomi kreatif, ya harus berani beda. Batik digabung sama Line Dance, kenapa nggak?” kata dr Eva.

Melalui program bertajuk Batik Motion in Line Dance 2025, ia bahkan berencana mengirimkan video teaser ke Universal Line Dance (ULD) pusat sebagai bentuk pengenalan gerakan khas Indonesia yang dipadukan dengan kekayaan budaya lokal.

“Kami ingin bikin paket wisata, ada Line Dance berbatik di Kota Probolinggo, mungkin nanti di Stadion atau sepanjang Jalan Jenderal Sudirman. Lalu di Kabupaten, bisa digelar di Lautan Pasir Bromo,” ucapnya penuh semangat.

Lebih dari sekadar pertunjukan gerak, dr Evariani juga mendorong kolaborasi lintas sektor. Ia tengah menjajaki kerja sama dengan Ketua Dekranasda Kabupaten Probolinggo untuk menghadirkan bazar UMKM batik serta kuliner khas dalam event-event mendatang.

“Menurut saya tidak ada cara lain untuk membangkitkan ekonomi kreatif selain lewat batik, maka saya terjun langsung ikut ngedance di Eksotika Bromo kemarin,” pungkasnya.

Dengan langkah ini, dr Evariani berharap batik tidak hanya dilihat sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai medium kreatif yang bisa menggugah minat generasi muda sekaligus menjadi penggerak ekonomi lokal yang berkelanjutan.