Kampung ASI dan Deteksi Dini, Jurus Baru Surabaya Tekan Stunting

Rini Indriyani Ketua TP PKK Kota Surabaya
Surabaya, Indonara - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus memperkuat langkah-langkah konkret dalam menekan angka stunting di Kota Pahlawan. Salah satu upaya strategis yang tengah digencarkan adalah pengembangan Kampung ASI di setiap kelurahan, serta pelaksanaan program deteksi dini T2 (Tumbuh dan Terlambat).

Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya, Rini Indriyani, menyampaikan bahwa pelaksanaan Kampung ASI tidak hanya sekadar program seremonial, tetapi juga disertai dengan indikator yang jelas sebagai alat ukur keberhasilan.

“Tentu saja akan ada indikator capaian ASI eksklusif, keaktifan kampung ASI melalui laporan pendampingan, dan dukungan lintas sektor, sebagai upaya masif menekan angka stunting dari hulu,” katanya, Minggu (6/7/2025).

Rini menekankan bahwa kesuksesan program ini menuntut kerja sama antara pemerintah dan orang tua. Konsistensi dalam menjaga grafik pertumbuhan anak menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan secara berkelanjutan.

“Jadi jangan sampai grafik yang sudah naik, malah turun lagi,” tambahnya.

Dukungan terhadap upaya ini juga datang dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur. Dr. dr. Mira Ermawati, Sp.A(K), konsultan IDAI, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara tenaga kesehatan dan pemerintah daerah dalam memerangi masalah gizi anak sejak usia dini.

“IDAI memfokuskan pendekatan pada pencegahan dini, terutama menargetkan kelompok usia 0 hingga 6 bulan, termasuk bayi prematur. Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati,” ungkapnya.

Menurut Mira, periode usia 0 sampai 6 bulan merupakan masa krusial yang membutuhkan perhatian ekstra. ASI eksklusif menjadi kunci utama, dan karena itu, intervensi serta deteksi dini dalam fase ini menjadi sangat vital untuk hasil pencegahan yang optimal.

Ia juga menambahkan bahwa banyak kasus stunting yang muncul disebabkan oleh kesalahan mendasar, seperti perlekatan ASI yang tidak tepat serta kurangnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya protein hewani selama masa menyusui.

Dalam waktu dua bulan ke depan, IDAI Jawa Timur akan memfokuskan kegiatan penyuluhan di 63 puskesmas di seluruh Surabaya. Program ini mencakup pelatihan konselor laktasi, serta bimbingan teknis tentang pemberian ASI yang benar hingga ke tingkat kecamatan dan kelurahan.

“Kami berharap dapat memberikan sumbangsih maksimal bagi seluruh masyarakat Surabaya,” tandasnya.

Melalui pendekatan hulu dengan menguatkan peran orang tua, kampung, dan tenaga medis, Pemkot Surabaya bersama IDAI optimistis bahwa angka stunting dapat ditekan secara signifikan dalam waktu yang tidak terlalu lama.