Pertanian Melejit, Energi Jadi Target Berikutnya

Deputi Bidang Materi Komunikasi dan Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan Muhammad Isra Ramli saat bicara di diskusi “Arah Kebijakan Pembangunan Presiden Prabowo”, di Rumah Besar Gatotkaca, Jakarta, Rabu (2/7/2025).
Jakarta, Indonara - Deputi Bidang Materi Komunikasi dan Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Muhammad Isra Ramli, menyatakan bahwa sektor pertanian Indonesia mengalami pertumbuhan luar biasa sebesar 10,52% pada triwulan I 2025. Capaian ini disebutnya sebagai yang tertinggi dalam lebih dari lima dekade terakhir. Pernyataan tersebut disampaikan Isra dalam diskusi bertajuk "Berani Bicara: Arah Kebijakan Pembangunan Presiden Prabowo" yang digelar di Rumah Besar Gatotkaca, Jakarta, Rabu (2/7/2025).

Isra menyampaikan bahwa perubahan besar tengah terjadi dalam kehidupan petani di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

"Di masa Pak Prabowo, mereka bergembira. Mereka bisa berproduksi, harga hasil produksinya juga dijamin oleh negara," ujarnya.

Lebih lanjut, Isra menyoroti nasib para petani yang selama ini kerap menjadi pihak paling dirugikan dalam rantai produksi pertanian, dari hulu ke hilir.

"Salah satu yang martabatnya diabaikan selama berpuluh-puluh tahun, ya petani. Hari ini petani bergembira," tegasnya.

Tahapan Menuju Indonesia Emas 2045

Isra menjelaskan bahwa kebijakan pembangunan yang dijalankan saat ini tidak hanya berorientasi pada jangka pendek, tetapi juga diarahkan untuk mencapai visi besar Indonesia Emas 2045. Pemerintah telah menyusun roadmap pembangunan nasional dengan beberapa target strategis, termasuk:

·         Target jangka pendek (2029–2030): Mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8% serta mengentaskan kemiskinan ekstrem hingga 0%.

·         Fokus tahun pertama pemerintahan Prabowo: Mewujudkan swasembada pangan, yang diklaim Isra telah berhasil dicapai dalam waktu kurang dari satu tahun.

Energi Jadi Fokus Berikutnya

Setelah sukses di bidang pangan, pemerintah kini mengalihkan perhatiannya ke sektor energi. Penguatan kedaulatan energi nasional menjadi prioritas dalam agenda pembangunan ke depan.

"Bagaimana kebutuhan akan BBM yang hari ini hampir 1,6 juta barel per hari, 1 jutanya impor, itu kita kurangi," jelas Isra.

Menurutnya, pengurangan ketergantungan terhadap energi impor dapat dicapai melalui berbagai cara, seperti pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, pengembangan industri baterai, serta optimalisasi sumur-sumur minyak dalam negeri yang masih potensial.

“Jadi, kita akan mengurangi ketergantungan pada impor energi,” katanya.

Dengan pencapaian yang signifikan dalam sektor pertanian dan komitmen kuat menuju kedaulatan energi, pemerintahan Presiden Prabowo tampak serius menapaki jalur strategis menuju Indonesia Emas 2045.