Elite PBNU Diminta Tahan Diri, Pengamat Peringatkan Risiko Perpecahan di NU

Gedung PBNU di Jakarta

Jakarta, Indonara - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga menilai konflik di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan berdampak pada soliditas di internal NU. Ia mencermati, pertentangan faksi-faksi di dalam tubuh NU berpotensi akan semakin meruncing serta perpecahan antarfaksi dapat meluas.

Menurut dia, meluasnya perpecahan antarkelompok di PBNU dapat berdampak pada akar rumput di NU yang dapat terbelah sesuai faksi-faksi yang berseteru.

"Kalau akar rumput ikut terlibat dalam konflik, maka ketegangan di NU akan semakin meningkat. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan," kata Jamiluddin di Jakarta, Selasa (2/12/2025).

Lebih lanjut dia menekankan, dalam jangka panjang hal tersebut tentu dapat berdampak ke eksternal. Konflik yang tidak mereda di internal dapat meluas dan berpengaruh pada stabilitas politik nasional.

"Hal itu wajar karena NU ormas terbesar di Indonesia. Gesekan di internal NU akan berpeluang merembet ke eksternal," ujarnya.

 Jamiluddin juga mengingatkan peluang meluasnya konflik itu semakin terbuka lantaran banyak orang-orang NU yang berpengaruh di eksternal.

"Bila mereka membawa konflik tersebut ke eskternal, maka konflik itu akan semakin meluas. Di sinilah stabilitas politik nasional dapat terganggu," ucapnya.

Karena itu, ia berharap semua pihak di PBNU dapat menahan diri, kemudian kembali kepada mekanisme yang berlaku dalam menyelesaikan konflik.

"Untuk itu, elite PBNU dan faksi-faksi yang ada sudah seharusnya menanggalkan kepentingan pribadi atau kelompoknya. Setiap faksi sudah seharusnya mengutamakan kepentingan umat," katanya.

Lebih jauh ia menilai, cara dapat membuat konflik tidak meluas hingga ke akar rumput maupun pihak eksternal, dengan penyelesaian yang baik di level elite NU.

"Jadi, semua elite dan faksi yang ada sebaiknya dikembalikan ke mekanisme penyelesaian konflik di internal NU. Hanya dengan cara itu, semua pihak dapat menerima penyelesaian konflik di PBNU," ujarnya menjelaskan.