
Foto udara sampah kayu gelondongan pasca banjir bandang di Nagari Muaro Pingai, Kecamatan Junjung Sirih, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Sabtu (29/11/2025). (Foto: Antara)
Jakarta, Indonara - Wakil Ketua Komisi IV DPR, Alex Indra Lukman mencurigai data penurunan deforestasi yang dipaparkan Menteri Kehutanan (Menhut), Raja Juli Antoni dalam rapat kerja yang digelar di ruang rapak Komisi IV DPR, Jakarta, Kamis (4/12/2025).
"Saya curiga, kebun kayu monokultur bapak hitung, sebagai ganti hutan primer alam di hulu sungai, sehingga angka deforestasinya turun. Itu juga tercermin dari data yang dipaparkan kerusakan di DAS (Daerah Aliran Sungai), sedemikian dahsyatnya, maka enggak heran banjir bandang itu luar biasa," jelas Alex.
Selain itu, ia juga menyentil Menhut Raja Juli dan jajarannya yang dipastikan sudah tahu soal tumpukan kayu gelondongan di Saniangbaka, Kabupaten Solok, berasal dari mana.
"Itu kita pastikan dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) kayunya. Gimana enggak terjadi seperti ini, kalau pembiaran itu sudah terjadi sedemikian lama," tegasnya.
Alex lantas menyinggung 3 kasus pembalakan liar yang sempat diungkap Menhut Raja Juli. Disangsikan jika Kemenhut telah menyiapkan upaya pemulihannya.
"Mungkin yang disampaikan cuma soal pembabatan hutan, pembalakan liar secuil, Pak. Bapak tidak paparkan data tambang ilegal yang menghancurkan hutan sedemikian parahnya. Itu kan adanya di sepanjang aliran sungai. Semuanya tambang ilegal, enggak bakal izin kok, dan itu kawasan hutan," ungkapnya.
Tak hanya itu, Legislator dari Fraksi PDIP ini, menyebut dana rehabilitasi yang dibutuhkan dialokasikan per hektare hanya Rp62.500 saja. "Sekarang masa tanggap darurat, setelah itu masuk rehabilitasi dan rekonstruksi. Saya harapkan Pak Menteri, Pak Wamen serta jajaran, ayolah direhab hutan ini harus direhabilitasi. Jangan sampai infrastruktur yang rusak direhabilitasi-rekonstruksi tetapi hulu bencana, tidak diselesaikan," tutur Alex.
Bila memang siklon senyar baru pertama kali terjadi di Indonesia, bukan tak mungkin bisa terjadi di lain hari. Ia menegaskan jangan sampai di kemudian hari, Kemenhut lagi-lagi hanya menyalahkan curah hujan.
"Korban jiwa enggak cukup lagi duka dan sesal kita di sini, berapapun mahalnya biaya rehabilitasi ini juga tidak bisa mengganti duka dan penderitaan saudara-saudara kita di Aceh, Sumut dan Sumbar," pungkasnya.