
Foto udara kondisi bendungan Jambo Aye pasca banjir bandang di Desa Rumoh Rayeuk, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, Aceh, Sabtu (6/12/2025). (Foto: Antara)
Jakarta, Indonara - Bencana alam bertubi-tubi berupa banjir bandang dan longsor yang melanda tiga provinsi di Pulau Sumatera --Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat-- terus menyisakan duka mendalam. Data terbaru menunjukkan, jumlah korban meninggal dunia telah melonjak tajam hingga menyentuh angka yang sangat mengkhawatirkan: 914 jiwa.
Kabar tragis ini disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari, Ph.D., dalam sebuah konferensi pers resmi di Jakarta, Sabtu (6/12/2025), pukul 17.00 WIB. Konferensi pers tersebut bertajuk 'Update Penanganan Bencana Banjir dan Longsor Di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat' yang disiarkan secara daring dan disaksikan khalayak luas.
Abdul Muhari menekankan bahwa angka tersebut merupakan total kumulatif korban tewas dari seluruh wilayah yang terdampak parah akibat terjangan air bah dan timbunan tanah. Angka ini praktis menjadikan peristiwa ini sebagai salah satu bencana alam paling mematikan yang pernah terjadi di Sumatera dalam beberapa tahun terakhir.
"Total korban meninggal dunia per hari ini, Sabtu, 6 Desember 2025, telah mencapai 914 jiwa dari tiga provinsi terdampak," tegas Abdul Muhari dengan nada prihatin.
Korban Hilang Masih Ratusan, Pencarian Terus Dikebut
Tidak hanya korban tewas yang tinggi, data BNPB juga mencatat bahwa upaya pencarian dan penyelamatan masih harus bekerja ekstra keras. Pasalnya, jumlah orang yang dinyatakan hilang hingga kini masih mencapai ratusan jiwa.
"Selain itu, kami juga masih mencatat sebanyak 389 orang yang hingga kini masih dinyatakan hilang dan terus dilakukan pencarian," tambahnya.
Angka 389 orang hilang ini menjadi fokus utama tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan, dan masyarakat setempat. Mereka terus menyisir lokasi-lokasi terdampak, terutama di area yang sulit dijangkau akibat lumpur tebal dan reruntuhan material. Harapan untuk menemukan korban hilang dalam keadaan selamat, meski tipis, tetap menjadi penyemangat utama tim di lapangan.
Aceh Catat Angka Kematian Tertinggi
Secara rinci, Abdul Muhari juga memaparkan distribusi korban meninggal dunia di masing-masing provinsi. Data ini menunjukkan betapa parahnya dampak bencana di ujung barat Indonesia tersebut.
Provinsi Aceh tercatat sebagai wilayah dengan jumlah korban tewas tertinggi, mencapai 359 jiwa yang telah dikonfirmasi meninggal dunia. Struktur geografis dan intensitas curah hujan yang ekstrem disinyalir menjadi faktor utama tingginya angka kematian di Aceh.
Di posisi kedua, Sumatera Utara juga mencatatkan angka yang memprihatinkan. Korban tewas di provinsi yang berpusat di Medan ini telah menyentuh angka 329 jiwa. Sementara itu, di Sumatera Barat, tim evakuasi memastikan 226 orang telah kehilangan nyawa akibat dampak banjir dan longsor yang sangat parah.
Perbedaan angka ini menunjukkan bahwa strategi penanggulangan dan tingkat kerusakan infrastruktur di masing-masing wilayah memiliki karakteristik yang berbeda. Namun, satu hal yang pasti, seluruh aparat penanggulangan bencana di bawah koordinasi BNPB kini tengah berupaya keras untuk memastikan proses evakuasi berjalan lancar dan bantuan logistik tersalurkan dengan merata.
Mengingat masih tingginya jumlah orang hilang, tim gabungan berjanji akan terus meningkatkan intensitas operasi pencarian dan penyelamatan. Pemerintah pusat dan daerah juga diminta untuk segera mengambil langkah mitigasi jangka panjang guna mencegah terulangnya tragedi serupa di masa mendatang.